Pages

Rabu, 02 April 2014

Tak Sanggup Lagi

Setelah sekian lama baru ku menyadari.. mengapa ku selalu menahan rasa sakit ku.. ingin ku hapus saja semua, semua dendam ini tapi rasa tak mungkin lagi.. biar kan ku pergi karena aku tak sanggup lagi mengingat semua kenangan dulu di saat engkau menyakiti ku.. mengapa semua terjadi disaat kau mulai menyadari semua kesalahnanmu padaku… tapi ku tak sanggup lagi…
Entah sudah berapa kali benda yang dinamai handphone itu bergetar menandai ada pesan masuk. sudah ku ketahui si pengirimnya dan dan isi pesan itu. Yah dia lelaki yang pernah mengisi hari-hariku yang biasa menjadi indah. MARIO STEVANO HALING itulah dia. Pria yang memiliki pesona yang tidak bisa dihindari oleh kaum hawa, ya termasuk saya yang sempat terpesona dengan dirinya. Tapi itu dulu tidak untuk sekarang.
Sekali lagi ku buka salah satu pesan singkat itu..
Sender: my Rio
Maafin aku, aku tau aku salah, aku tau sudah membuat mu kecewa tapi aku mohon beri aku kesempatan… kesempatan sekali lagi untuk memeperbaiki semuanya fy..
IFY P.OV
Sebenarnya hatiku sudah mulai tersentuh tapi kembali kenangan pahit itu berputar di banak ku saat dia dengan mudahnya menyakitiku, dengan mudahnya berbicara dan memperlakukan aku seperti bukan dengan seorang kekasih. Kata-katanya malam itu sungguh meyakitkan, sungguh tak dapat dipercaya dengan mudahnya kata-kata seperti itu terlontar dari mulutnya. Seorang Mario berbicara seperti tu dengan kekasihnya sendiri, heemmmf saat aku sudah benar-benar percaya dan memberi kesempatan untuk dia memperbaiki kesalahan yang dulu, tapi lagi-lagi dia manyakiti aku, dan mengecewakanku.
Andai waktu bisa diputar aku lebih memilih untuk tidak mengenalnya saja, biarkan lah agar tak ada yang tersakiti di antara kami. Haaahh.. sudahlah semua sudah terjadi dan sekarang saatnya aku benar-benar melupakannya.
Kembali handphone ku bersuara
Sender: my rio
Aku tau kamu brlum bisa maafin aku sekarang, tapi aku mohon kamu mau maafin aku fy, aku bener-bener nyesel fy sudah melakukan itu, aku bener-bener gak sengaja fy, entah lah aku merasa itu bukan aku dengan mudahnya nyakiti kamu, aku mohon maafiin aku.. aku masih sayang kamu fy..
Rio
Haaahh.. kata-kata mu menyakinkan tapi sungguh aku tak bisa kembali padamu.
“Heeii… melamun saja kamu, sudah lah lupakan lah, dia sudah telalu sering dia melakukan itu dangan kamu, kakak sudah berapa kali memperingatkamu kalau kalian itu tidak cocok..”
IFY P.OV
Yahh.. itu kakak ku yang selalu setia mendengarkan ceritaku, selain aku dia, dan tuhan kakak ku mengetahui kisah ku ini, kakak ku yang selalu menghibur disaat dia kembali menyakitiku, kakak ku yang setia menghiburku memberi semangat untuk melupakan dia, tapi aku seperti selalu terbius untuk mamafkan dia dan kembali padanya. Kak via yah itulah namanya, dewasa, cantik baik dan penyayang berbeda denganku kak via memiliki pacar yang selalu setia walau mereka bejauhan, kak iel yang berada di Surabaya dan kak via di bandung mereka pacar jarak jauh tapi komunikasi tetap meraka jaga, jujur aku kadang suka iri melihat mereka, lucu memang tapi itulah kenyataannnya aku ingin seperti mereka yah andai dia seperti kak iel yang baik yang selalu pengertian, tapi itulah manusia tidak ada yang sama manusia tercipta berbeda-beda. Tapi aku sungguh tak menyesal mengenal dia, hanya menyesali sifat dan sikapnya saja.
“Heeii.. di ajak bicara malah nambah melamun.. aneh kamu.. sudah lah tidur gih, sudah larut malam kakak duluan ya, oh ia ingat lupakan dia, okeh sayang.”
tak ku jawab hanya senyuman perih yang ku berikan, dan sepertinya kakak ku mengetahui itu.
Entah sudah berapa lama ku berdiam, dan akhrinya Ku ikuti jejak kakak ku yang telah tertidur pulas di samping ku.. waktu telah larut malam dan saatnya untuk istirahat, terbesit di hatiku semoga besok aku terbangun dengan kisah hidup yang indah dan benar-benar melupakan dia. Yaahh semoga.
Tak terasa sudah berapa minggu aku tak berkomunikasi dengannnya, tapi tidak dengan dia dia selalu mengirim pesan singkat maupun menelepon tak sedikit pun ku hiraukan baik pesan maupun teleponnya. Entahlah ingin rasanya berbicara dengan dia seperti sebelum-sebelumnya. Tapi hati ini masih sakit benar-benar sakit.
Sender: 08772*********
Aku sadar aku salah.. maafin aku fy..
Yah itu nomor dia aku masih mengingat nomor itu,
Tak sedikit pun ku balas pesan darinya, entahlah ingin rasanya membalasnya tapi.. ahhh sudahlah biarkan lah.

“Ify…”
Deg.. rasanya udara saat itu berhenti.. suara itu suara yang dulu kutunggu-tunggu, suara itu yang membuat aku jatuh cinta, tapi suara itu juga yang menyakitiku.. yah siapa lagi kalau bukan dia
Rio.. yah dia rio, ingin rasanya aku berlari ke sisinya dan mengatakan aku rindu dia. Rindu semua tentang dia.. tapi tidak, tekad ku benar-benar sudah bulat MELUPAKANNYA itulah pilihan ku..
“Fy.. please dengerin aku.. fy tatap mata aku, aku sayang kamu beri aku kesempatan fy.. fy maafin aku ya..”
Aku hanya menunduk tak berani manatap dirinya, biarkanlah
“fy aku bener-bener nyesel fy, aku mohon fy..”
“fy please..”
“Fyy.. kamu denger aku gak sih..”
Aku tersentak dengan nada bicaranya yang mulai meninggi itu, ku tatap dia denagn muka yang entahlah tak dapat kugambarkan lagi..
“maaf fy.. aku gak maksud bentak kamu fy..”
“ify..”
“Cukupp.. cukupp yo.. berhenti ganggu aku, berhenti yo.. kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, aku capek.. aku capek yo kamu tau.. sakit yo sakit saat kamu ngelakuin itu. apa pernah terbesit di hati kamu disini aku sakit yo.. enggak kan enggak sedikit pun..”
“Tapi fy… akuu…”
“Apa.. apa lagi yo.. mau nyakititi aku lagi, belum puas kamu hah.. kamu gak tau yo jadi aku saat kamu nyakiti aku, coba kamu di posisi aku, terus dengan mudahnya aku mintak maaf dengan kamu apa kamu bakal terima aku, terus maafin aku.. enggak juga kan!! udah lah yo..”
Dengan berurai air mata yang tak terbendung lagi aku mengeluarkan semua uneg-uneg yang ku rasakan selama ini..
“Fy..”
“Udah yo.. udah lupain aku, okeh.. okeh yo aku maafin kamu.. tapi tidak untuk memberi kamu kesempatan lagi.. kamu tau sudah berapa sering aku beri kamu kesempatan, tapi apa haah ngak sedikit pun kamu berubah.. mana janji kamu mana omongan kamu, udah la yo, semua sudah berakhir berteman mungkin itu lebih baik, aku tau.. aku tau yo, aku memang gak bisa jadi yang kamu mau kan.. aku gak bisa seperti perempuan yang lain yang selama ini dekat dengan kamu, aku gak bisa seperti meraka karena aku emang begini, maaf yo, lepasin tangan aku aku mau pulang..”
Kulihat wajah rio yang mulai melemah, entahlah dari mana keberanian ini tiba-tiba saja aku mengucapkan semua itu.. rio maaf tapi ini harus aku lakuin semoga kamu mengerti yo.. untuk kamu semoga kamu benar-benar berubah..
“Fy.. oke aku terima semua itu fy.. tapi harus kamu tau aku..”
“Stoop yo.. aku mau pulang..”
Ku tinggalkan rio, ku dengar dia melanjutkan kata-katanya yang ku potong tadi dengan suara lantangnya..
“Ify aku sayang kamu fy.. ku mohon beri aku kesempatan…”

Setelah sekian lama baru ku menyadari..
mengapa ku selalu menahan rasa sakit ku..
ingin ku hapus saja semua, semua dendam ini tapi rasa tak mungkin lagi..
biar kan ku pergi karena aku tak sanggup lagi mengingat semua kenangan dulu di saat engkau menyakiti ku..
mengapa semua terjadi disaat kau mulai menyadari semua kesalahnanmu padaku …
tapi ku tak sanggup lagi…
# rosa_tak sanggup lagi

Cinta sesuatu yang indah bila kita saling mengerti, saling menghargai..
Coba lah mengahargai betapa berharganya suatu nilai dari sekeping hati..









Cerpen Karangan: Sulestiyana RH

Maaf

- Maya -
“maaf” ujarnya dengan raut wajah yang sangat bersalah.
Aku menatap wajahnya. Ada apa dengan mereka berdua? Bukankah tadi pagi mereka saling tertawa. Ada apa dengan Ika mengapa dia hanya diam saja tanpa mengeluarkan secuil kata untuk menjawab ujaran Ayas.
“ayo pergi May!” Ajak Ika kepadaku.
“tapi kau belum menjawab maafnya”
“sudahlah! Ayo pergi!”
Ika menarik tanganku dan meninggalkan Ayas sendiri di ruang kelas. Setahuku Ayas anak yang lucu dan menyenangkan setiap kesalahan yang Ayas buat selalu membuat kami tertawa. Sebenarnya ada masalah apa antara Ayas dengan Ika bukankah mereka teman baik.
“Ika memangnya ada masalah apa sih sama Ayas?” tanyaku.
Ika hanya diam dan memainkan flashdisk yang ada di tangannya. Seperti memikirkan sesuatu. Seperti kebingungan. Seperti ada keraguan. Namun apa? Aku tidak bisa membaca hatinya lewat raut muka Ika.
“Ah! Gerbang sekolah sudah dibuka, aku pulang dulu ya, dah!!” ujar Ika padaku.
Hari ini Ika begitu senang ketika ia tidak pulang bersama Ayas. Hatiku penuh keheranan karena sikap mereka berdua. Mungkin ini tidak baik karena aku ingin mengetahui urusan orang lain, tapi aku sebagai teman tidak bisa diam saja.
“Maya” Ayas memanggil sembari berjalan menghampiriku.
“lo? Kok belum pulang?” ujarku.
Ayas tidak menjawab ujaranku. Ia hanya tersenyum manis dan duduk di sampingku. Melihatnya dengan raut wajah seperti ini aku seperti bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Ayas. Aku tak bisa berkata apa apa untuk menghibur Ayas dan yang ada di pikiranku saat ini ialah aku ingin bertanya kenapa Ayas dan Ika bertengkar.
“sebenarnya ada apa tadi? Kenapa kau meminta maaf pada Ika?”
Aku menatapnya kembali. Wajah manisnya mulai memerah. Mata indahnya mulai berkilau dan berkaca-kaca. “jangan menangis” gumamku.
“Aku… aku telah membuatnya marah” jawabnya yang terbata bata.
Mungkin ia sudah tak bisa membendung air matanya sehingga butiran air mata menetes dan mengalir di pipinya yang manis itu. seharusnya aku tidak menanyakannya saat ini. Kebodohan apa yang merasuk pada tubuhku sehingga Ayas semakin sedih.
“ia salah paham padaku”
“awalnya aku hanya bercanda, setelah itu aku tersenyum padanya tiba-tiba ia langsung meninggalkanku dengan wajah benci yang ditunjukkan” Jelas Ayas.
Aku tidak bisa membantunya. Apa yang harus aku lakukan? Sehingga mereka bisa saling tertawa kembali.
- Ayas -
Bagaimana caraku agar Ika bisa memaafkanku. Dia begitu marah, mungkinkah ia mulai membenciku? Ataukah ia sengaja seperti ini agar aku tidak bergantung padanya?. Tetapi kurasa bukan itu kesalahanku, lalu. Lalu apa kesalahanku?.
Aku terus memikirkan Ika. Aku tahu Ika adalah anak yang sensitif tetapi untuk tadi pagi aku benar benar tidak sengaja.
“jangan dekati aku lagi!!”
Aku menerima Email dari Ika. Ia benar benar membenciku. Aku telah membuat kesalahan yang fatal. Aku telah melukai hati seorang teman, bahkan dia adalah teman baik untukku. Kenapa semuanya jadi begini. Ya Allah tolong aku.
“maaf, aku tadi nggak bermaksud seperti itu, kumohon maafkan aku Ika”
Aku membelah sepi di kamarku dengan tangis. Apa yang harus aku katakan lagi pada Ika agar dia memaafkanku. Aku tak ingin dibenci oleh teman baikku. Aku menyayangi Ika. Sungguh.
- Maya -
“pagi Ayas” sapaku.
“pagi juga May”
Ika belum datang. Aku duduk di samping Ayas sambil menemaninya membaca Novel yang baru ia beli. Selama 3 minggu Ika dan Ayas belum bisa tertawa bersama. Seperti yang aku lihat sekarang, Ayas menjadi anak yang pendiam sedangkan Ika. Ia menjadi anak yang judes. Aku tak tahu harus membela Ayas atau Ika.
Hari ini pembagian hasil ulangan harian untuk 18 mata pelajaran. Aku sudah tak sabar ingin melihat nilaiku. Ayas yang duduk di depanku ia masih membaca buku novelnya sambil mendengarkan ucapan wali kelas kami di depan. Ika tersenyum senang.
“Waaahh..” girang Ika.
“Ika! Ika! Aku lihat! Aku lihat!” ujarku sambil berjalan ke arah Ika duduk.
Awalnya Ika berada di sebelah Ayas. Tetapi saat kejadian itu Ika menjauh dari Ayas. Saat ini Ika tak mempedulikan Ayas lagi. Ia sangat bangga dengan nilai yang ia dapatkan. Ada 1 untuk nilai 10, 9 untuk nilai 9, 5 untuk nilai 8, dan 3 untuk nilai 7. Di kelas Ika terkenal dengan kepintaranya. Ia sangat rajin dalam mengerjakan tugas dan sangat aktif dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Disamping itu Ayas juga ikut senang. Walaupun ia dibenci oleh Ika tetapi dia tetap senang jika Ika merasakan kegembiraan.
“Ayas” ujar wali kelas.
Aku melihat nilai yang didapatkan Ayas. Tidak aku sangka. 2 untuk nilai 10, 12 untuk nilai 9 dan 4 untuk nilai 8. Kali ini Ayas bisa mengalahkan Ika sejauh ini. benar benar mengagumkan. Ika yang memandang sinis Ayas karena nilai yang ia dapatkan tak sebanding dengan Ayas. Wajah Ika menunjukkan bahwa Ika semakin membenci Ayas. Ayas di tempat duduknya hanya menunduk sambil melanjutkan membaca novelnya. Aku memegang hasil milik Ayas.
- Ika -
Aku membencinya. Aku sangat membencinya. Sebenarnya aku membencinya bukan karena kata-kata yang ia ujarkan padaku 3 minggu yang lalu. Aku membencinya karena akhir akhir ini nilai ku dikalahkan dengannya. Aku iri padanya. Sekarang aku harus bisa agar Ayas tak lagi mendapatkan nilai semudah itu.
“aku harus melakukan sesuatu” gumamku.
- Ika -
Ting tong…
Bel pulang berbunyi. Kami satu kelas bersalam dan keluar untuk pulang. Sebelumnya Aku dan Ayas masih ke ruang guru untuk mengantarkan spidol papan. Aku tidak tahu Ika sudah pulang atau belum. Tetapi entahlah sekarang ia terlihat sombong.
“nilaimu mengagumkan loh!” ujarku.
“benarkah? Aku juga tak menyangka, karena baru kali ini aku mendapatkan nilai sebagus ini dengan usahaku sendiri” jelas Ayas.
Ia tersenyum manis menatapku sambil berjalan keluar sekolah. Saat kami mulai memandang ke depan, dari belakang Ika berlari dan mendorong Ayas hingga terjatuh. Di depan gerbang sekolah Ika tertawa jahat sambil memandang Ayas.
“Ika! Kenapa sih kamu! Kalau gak suka sama Ayas gak usah begini dong!”
Aku mulai muak dengan tingkah Ika yang keterlaluan. Aku mebentak bentak Ika. Tetapi Ika masih saja memasang wajah jahat pada Ayas.
“sudahlah May, aku tidak apa apa” ujar lembut dari Ayas.
“Hm! May kamu pulang sama Ayas atau sama aku? Kalau kamu pulang sama Ayas ya gak apa apa” ujar Ika padaku.
Ika langsung membalikkan badannya dan berlari menyeberangi jalan raya yang cukup bahaya itu. Ika tak menoleh kanan kiri namun ia langsung berlari. Belum sampai di seberang jalan.
“…”
Aku melihat Ika yang berteriak di tengah jalan raya yang lebar itu. waktu seakan berhenti. Semuanya diam membeku. Berdiri terpaku. Seperti tak bisa bernafas dan membatu.
“Ika!!” Ucap Ayas.
Waktu benar benar berhenti. Benar benar membatu. Benar benar sunyi. Semua diam dan memandangnya. Ika yang terjatuh di depanku dan Ayas yang terpelanting jauh di tengah jalan.
“A-Ayaaas!!!” teriakku.
Aku menyesal tak sempat menghentikan Ayas yang berlari ke arah Ika. Ika perlahan dan berdiri sambil membersihkan tubuhnya karena debu.
“aku hampir mati” ucap Ika pelan.
Perlahan aku menoleh ke arah Ika. Tak peduli seberapa banyak air menetes dari mataku.
“Ika! Kau kejam! Sekarang kau lihat sendiri kan?! Ayas masih menyayangimu! Tapi kenapa kau malah menambah kebencianmu padanya! Kau ini manusia atau iblis sih!” Aku mebentak bentak Ika di hadapan guru guru dan teman sekelasku.
“apa maksudmu! Bukankah Ay-”
Ika langsung berhenti berbicara. Ia melihat jalan raya yang di depanya penuh darah yang mengalir. Ia melihat Ayas yang digendong oleh Raka ke tepi jalan. Pandangan Ika berubah. Pupil matanya mengecil.
“Ayas” ucap Ika pelan.
Aku berhenti menatap mata Ika dan mengakihkan pandanganku. Ika berjalan melewatiku dan berlari ke arah Ayas yang ada di pangkuan Raka. Raka adalah kekasih Ayas selama 2 tahun yang lalu. Raka menangis rintih ditatapan Ayas. Ia memegang tangan Ayas.
“Bertahanlah! Aku mohon bertahanlah!”
Raka berusaha menyemangati Ayas agar ia tetap bertahan sampai tim dari Rumah Sakit datang. Aku tak melihat Ika lagi. Entah bagaimana ekspresinya aku tidak tahu. Ayas dengan penuh darah di tubuhnya ia terlihat sangat kesakitan.
“I-Ika maafkan aku” ujar Ayas yang terbata bata.
“aku memaafkanmu, aku memaafkanmu! Ayas maaf, maaf aku sudah membencimu” ujar Ika.
“eem” Ayas menggelengkan kepalanya.
“tak apa kau membenciku, terima kasih sudah memaafkanku” ujar Ayas kembali.
Melihat Ayas dengan keadaan seperti ini. aku tidak tahu harus berbuat apa. Tim dari RS belum datang juga. Di dalam hatiku aku berdoa agar Ayas bisa bertahan. Ika mengakui kesalahannya dan memegang tangan kanan Ayas. Ika menangis. Wajahnya merah padam. Entah apa yang ia tahan. Tetapi sepertinya ia sangat menyesal dengan sikapnya.
“Ika, Aku menyayangimu, kau adalah teman baikku, terima kasih sudah menjadi temanku” lanjut Ayas berbicara.
Ayas tersenyum manis pada Ika sembari menahan rasa sakit yang ia rasakan. Aku dan Raka semakin tak bisa membendung air mata lagi. Begitu derasnya air mata yang keluar dari mataku dan mata Raka.
“Ayas.. Aku..” ujar Ika ragu.
“Ika gak usah merasa bersalah, aku berterima kasih untuk Ika”
Tangannya terjatuh. Senyumnya menghilang. Matanya menutup perlahan.
“Ayaaas!!!” jerit Aku,Raka dan Ika.
Kini, Ayas telah pergi. Mungkin tak ada yang disalahkan. Namun penyesalan ada di hati Ika. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran Ika. Yang aku tahu adalah Ika menyesal dengan perbuatannya sebelum kejadian ini. Aku memeluk erat Ayas. Begitu juga Raka, ia sangat kehilangan seseorang yang ia sayangi.
- Ika -
Kebodohan apa yang membalut tubuhku selama ini. aku kehilangan seorang teman yang tak pernah membenciku. Senyum indahnya. kegembiraannya. sekarang hanya ada di bayanganku.
“Ika! Lihatlah bunga ini, indah ya”
Suaranya terdengar kembali. Aku harus berbuat apa sekarang. Tanpa Ayas semuanya terasa hampa.
“Ayas maafkan aku”
Aku menangis sembari memeluk tubuh Ayas dengan erat. Tubuhnya semakin dingin. Aku tak peduli
“Ayas maafkan aku”


— END —







Cerpen Karangan: Indri Triyas Merliana
 

Blogger news

Blogroll

About